21 October 2015

Perkara anjuran tidak makan sebelum shalat Ied Adha

�� Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5:352, Tirmidzi juz 2, hal. 27, no. 540 hadist ini hasan)

�� Ibnu Qudamah رحمه الله berkata,

قال أحمد: والأضحى لا يأكل فيه حتى يرجع إذا كان له ذبح، لأن النبي صلى الله عليه وسلم أكل من ذبيحته، وإذا لم يكن له ذبح لم يبال أن يأكل.اهـ.

“Imam Ahmad berkata: “Saat Idul Adha dianjurkan tidak makan hingga kembali dan memakan hasil sembelihan qurban.
Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dari hasil sembelihan qurbannya.
Jika seseorang tidak memiliki qurban (tidak berqurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih dahulu sebelum shalat ‘ied.”
�� (Al Mughni, 2: 228)

Dan kita lihat dari penjelasan Imam Ahmad yang dinukil dari Ibnu Qudamah di atas bahwa sunnah tidak makan sebelum shalat Idul Adha hanya berlaku untuk orang yang memiliki hewan qurban sehingga ia bisa makan dari hasil sembelihannya nanti. Sedangkan jika tidak memiliki hewan qurban, maka tidak berlaku...Wallahu a’lam.

�� Ibnu Hazm رحمه الله berkata:

وإن أكل يوم الأضحى قبل غدوه إلى المصلى فلا بأس، وإن لم يأكل حتى يأكل من أضحيته فحسن، ولا يحل صيامهما أصلا

“Jika seseorang makan pada hari Idul Adha sebelum berangkat shalat ‘ied di tanah lapang (musholla), maka tidak mengapa. Jika ia tidak makan sampai ia makan dari hasil sembelihan qurbannya, maka itu lebih baik. 
Tidak boleh berpuasa pada hari ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) sama sekali.”
�� (Al Muhalla, 5: 89)

�� Ibnu Qudamah رحمه الله berkata:

وَلِأَنَّ يَوْمَ الْفِطْرِ يَوْمٌ حَرُمَ فِيهِالصِّيَامُ عَقِيبَ وُجُوبِهِ ، فَاسْتُحِبَّ تَعْجِيلُ الْفِطْرِ لِإِظْهَارِ الْمُبَادَرَةِ إلَى طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى ، وَامْتِثَالِ أَمْرِهِ فِي الْفِطْرِ عَلَى خِلَافِ الْعَادَةِ ، وَالْأَضْحَى بِخِلَافِهِ .وَلِأَنَّ فِي الْأَضْحَى شُرِعَ الْأُضْحِيَّةُ وَالْأَكْلُ مِنْهَا ، فَاسْتُحِبَّ أَنْ يَكُونَ فِطْرُهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا

“Idul Fithri adalah hari diharamkannya berpuasa setelah sebulan penuh diwajibkan. 
Sehingga dianjurkan untuk bersegera berbuka agar semangat melakukan ketaatan kepada AllahTa’ala dan perintah makan pada Idul Fithri (sebelum shalat ‘ied) adalah untuk membedakan kebiasaannya berpuasa.
Sedangkan untuk hari raya Idul Adha berbeda. Karena pada hari Idul Adha disyari’atkan memakan dari hasil qurban.
Jadinya, kita dianjurkan tidak makan sebelum shalat ‘ied dan nantinya menyantap hasil sembelihan tersebut.”
�� (Al Mughni,2: 228)

قال الإمام أحمد:'' إني لأرى الرجل يحي شيئآ من السنة فأفرح به ''__________________السير (335/ 11)

Berkata Imam Ahmad رحمه الله
"Sungguh saya bila melihat seseorang menghidupkan sesuatu dari perkara SUNNAH maka saya sangat bergembira dengannya"
��Siyar A'laamin Nubalaa 11/335

Wallahu a' lam bishawab....

��������������
Faedah dari Abu Nadzifah Abdillah di majmuah salafy at tauhid prolink (probolinggo)

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...