03 March 2016

Berkata Imam Ibnul Qayyim : "Ilmu itu mempunyai enam tingkatan:

بسم الله الرحمن الرحيم

MAROTIB ILMU (bagian 1)

قال ابن القيم رحمه الله تعلى ؛
وللعلم ست مراتب :
أولها : حسن السؤال
الثانية : حسن الإنصات والاستماع
الثالثة : حسن الفهم
الرابعة : الحفظ
الخامسة : التعليم
السادسة : وهي ثمرته، العمل به ومراعاة حدوده
)مفتاح دار السعادة )ص١٨٤((

Berkata Imam Ibnul Qayyim :  "Ilmu itu mempunyai enam tingkatan:
(1) bertanya dengan baik,
(2) mendengarkan dengan baik,
(3) memahami dengan baik,
(4) menghafal,
(5) mengajarkan,
(6) mengamalkan dan menjaga adab-adabnya. Dan, inilah buah dari sebuah ilmu.

Bertanya adalah awal dari ilmu dan obat bagi kebodohan

فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada ahlu dzikr, jika kamu tidak mengetahui. (An Nahl : 43)

أَلاَّ سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِىِّ السُّؤَالُ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ

Mengapa mereka tidak bertanya, bila mereka tidak mengetahui. Karena sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya.” (HR. AbuDawud, di Hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud : 2/159)

Namun bertanyalah jika dibutuhkan dengan niat yg lurus serta adab yang baik. Ibnu Qoyyim juga menjelaskan : "Apabila engkau belajar kepada seorang ulama, maka bertanyalah dengan tujuan agar engkau mengetahui jawabannya, bukan untuk membantahnya."

Jawaban yg tepat seorang alim berasal dari pertanyaan  yang baik dan juga adab yg baik ketika bertanya, kemudian hendaklah mendengarkan, memahami jawaban dengan baik, dan setelah mendapatkan jawaban janganlah engkau mengatakan, "Syaikh atau Ustadz Fulan berkata begini dan begitu," karena ini adalah adab yang hina dan mengadu domba antara para ulama dan pengemban ilmu, jauhilah hal ini. Dan jika memang hal itu harus engkau lakukan, maka jelaskanlah dalam bentuk pertanyaan, katakanlah, "Apa pendapat Anda tentang fatwa semacam ini," dan jangan engkau sebutkan namanya. (penjelasan dari Syaikh Bakr Abdullah bin Abu Zaid dalam Hilyah Tholabul Ilmi)

Dan jika tidak butuh, jangan bertanya. Karena banyak bertanya bukanlah menjadikan engkau semakin berilmu atau menunjukkan semangatnya engkau dalam mencari ilmu, justru hal itu akan menjadi jalan bagi kebinasaanmu.

فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.

"Sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi Nabi-nabi mereka'." [HR. Bukhari dan Muslim].

Maka bertanyalah jika butuh, sehingga engkau terhindar dari pertanyaan yg sia-sia, pertanyaan yg sifatnya menguji atau pertanyaan ttg keadaan seseorang yg akan membuka celah bagimu ntuk menjatuhkan kehormatannya atau pertanyaan2 yg sifatnya hanya supaya diketahui atau dikenal dalam majelis. Semuanya itu adalah sebagian dari jalan kebinasaan dari banyaknya bertanya.

Jika engkau sudah mengetahui ilmu yg disampaikan tsb dan ingin bertanya dgn maksud agar jawaban dari ulama atau ustadz tersebut menjadi pelajaran dan pengajaran bagi orang lain, hal ini tidak mengapa. Karena Jibril alaihissalam pun dulu telah datang kepada majelis Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam beserta para sahabatnya ntuk bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan serta bertanya tentang hari kiamat yg dijawab oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam, namun dirasa aneh oleh para sahabat ketika yg bertanya membenarkannya. Kemudian akhirnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam memberitahu para sahabatnya ;

فإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْل

"Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]

Tidak mau atau enggan bertanya karena Malu, hal ini juga merupakan sikap yg tidak terpuji, sebagaimana yg diungkapkan para salaf dalam baris kalimat :

لا ينال العلم مستحى و لا مستكبر

“orang yang pemalu tidak akan meraih ilmu, demikian juga orang yang sombong”.

نسأل الله التوفيق والإخلاص في العلم والعمل

----------------------
24 Jumadil Awwal 1437 H
Dari :Dars kitab Hilya Tholabul ilmi syarh Syaikh Al-Utsaimin bersama ustadz Abu Zakaria Irham waffaqohullah
Markiz Al-Utsmaniy, Purworejo.

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...