21 October 2015

CORETAN INI HANYALAH NASEHAT UTK KITA SEMUA AGAR SENANTIASA WASPADA DARI VIRUS² HASAD YG BISA MENGHANCURKAN UKHUWAH DIANTARA PENUNTUT ILMU DAN PARA DA'I ILALLOH

بسم الله الرحمن الرحيم

Tidaklah saya menulis ini kecuali sebagai bentuk kecintaan pada segenap saudara dan di puncak harapan agar mereka bisa bersatu kembali dalam manhaj yang benar ini serta bahu-membahu mendakwahkan kebenaran dan memerangi musuh-musuh Alloh, sambil terus berusaha menepis perselisihan-perselisihan pribadi dan sambil mencari jalan keluarnya yang syar’iy, yang pasti selalu ada di sepanjang roda kehidupan.

Saya sama sekali tidak bermaksud menjadikan nasihat ini untuk menyerang sebagian ikhwah, bahkan ini adalah sebagai bahan nasihat dan muhasabah (introspeksi) untuk kita bersama.

Maka saya berkata:
Saya –dan para ikhwah semua- adalah milik Alloh, bukan milik kelompok ini atau kelompok itu. Semua ikhwah Salafiyyun Tsabitun –dan keumuman Muslimin- adalah saudara saya. Saya menasihati mereka dan mereka menasihati saya.

Saya katakan dalam kesempatan ini:

Sesungguhnya Alloh ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

وَأَطِيعُوا الله وَرَسُولَهُ وَلَاتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ الله مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال: 46]

“Taatlah kalian pada Alloh dan Rosul-Nya. Janganlah kalian saling berselisih yang menyebabkan kalian jadi gentar dan hilanglah kekuatan kalian, serta bersabarlah kalian, karena sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang sabar.” [QS. Al Anfal: 46]

Dalam ayat ini, Alloh ta’ala memerintahkan kaum mukminin untuk senantiasa taat pada Alloh dan Rosul-Nya dalam segala keadaan, baik dalam suasana perang ataupun damai, dalam suasana senang ataupun susah.

Al Imam Ibnu Muflih رحمه الله berkata tentang akhlaq antar mukminin:

“Diharomkan makar, tipu daya, menghina dan mengejek.

Alloh ta’ala berfirman

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ ولا نساء من نساء عسى أن يكن خيرا منهن ولا تلمزوا أنفسكم ولا تنابزوا بالألقاب.

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum itu mengejek kaum yang lain, karena bisa jadi yang diejek itu lebih baik daripada mereka. Janganlah para wanita mengejek para wanita yang lain, karena bisa jadi yang diejek itu lebih baik daripada yang mengejek. Janganlah kalian menyindir diri kalian sendiri, jangan pula kalian saling menjuluki dengan gelar-gelar yang buruk.” [QS: Al Hujurot:11]

Tentang sebab dan tafsirnya ada pembicaraan panjang di kitab tafsir. Yang dimaksudkan dengan “diri kalian sendiri” adalah saudara-saudara kalian, karena mereka itu adalah bagaikan diri kalian sendiri.”
[“Al Adabusy Syar’iyyah”/hal.13]

Maka dengan penjelasan ini semua, jelaslah bahwasanya orang yang senang mengejek dan menghina saudaranya adalah orang yang terkena keburukan dalam hatinya. Maka kita harus sering mengoreksi diri kita sendiri.

Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره، التّقوى هاهنا، بحسب امرئ من الشّرّ أن يحقر أخاه المسلم

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak menzholiminya, tidak menelantarkannya (membiarkannya tanpa pertolongan) dan tidak meremehkannya. Ketaqwaan itu di sini –isyarat ke dada beliau-. Cukuplah seseorang itu dikatakan berbuat jahat dengan meremehkan saudaranya sesama muslim.”
[HR. Muslim (2564)/dari Abu Huroiroh رضي الله عنه]

Kemudian termasuk bencana besar perusak persaudaraan adalah persaingan yang menyebabkan kedengkian antar ikhwah, yang akhirnya masuk kepada keinginan untuk mendapatkan posisi lebih tinggi di dunia dan tidak mau disaingi oleh saudaranya, sehingga muncul upaya untuk mencari kekurangan saudaranya dan menampilkannya ke umat agar muncul kesan bahwasanya dirinya lebih tinggi daripada saudaranya itu.

Bertaqwalah kita semua pada Alloh dan jangan sampai kita mengalami yang demikian itu.

Al Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله berkata pada orang-orang di sekelilingnya:

“Ketahuilah, semoga Alloh ta’ala merohmati kalian, bahwasanya seseorang dari ahli ilmu itu jika Alloh memberikan karunia padanya suatu ilmu yang Alloh tidak memberikannya pada para rekan sejawatnya dan teman yang setaraf dengannya, mereka akan mendengkinya, lalu mereka akan menuduhnya dengan perkara yang tidak ada padanya dan kedengkian adalah karakter yang amat buruk di kalangan ahli ilmu.”
[“Manaqibusy Syafi’iy”/karya Al Baihaqiy/2/hal.259/Maktabah Darit Turots]

Jangan sampai kita saling dengki dengan keutamaan yang Alloh berikan pada saudaranya, karena Alloh lebih tahu siapakah yang pantas mendapatkannya.

Alloh juga menguji kita satu dengan yang lain untuk melihat apa yang akan diperbuat oleh hati-hati kita dengan kenikmatan yang Alloh berikan pada saudaranya itu dan mengawasi apa yang terlahirkan pada gerakan lidah dan coretan tangan-tangan kita.

Alloh ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
[الفرقان/20]

"Kami jadikan sebagian dari kalian sebagai ujian bagi sebagian yang lain. Apakah kalian bersabar? Senantiasa Robbmu itu Bashir (Maha Melihat).” [QS. Al Furqon: 20]

Al Imam Ibnun Nahhas Ad Dimasyqiy رحمه الله berkata:
“Tiada keraguan bahwasanya barangsiapa melihat saudaranya di atas kemungkaran dan tidak melarangnya, maka sungguh dia telah membantunya berbuat mungkar karena dia membiarkan dirinya berkumpul dengan kemungkaran tadi dan tidak mau menghadangnya. Ini sama sekali bukanlah termasuk dari agama sama sekali, karena seseorang itu tidak beriman sampai dia menyukai untuk saudaranya perkara yang dia cintai untuk dirinya sendiri.

Hanyalah agama itu adalah nasihat.

Siapa melihat seseorang hendak terjatuh ke dalam neraka tapi dia tak mau menasihatinya, maka sungguh dia ikut berdosa.”
[“Tanbihul Ghofilin”/hal.84]

Maka hendaknya kita rajin mengoreksi diri dan meminta nasihat pada sahabat, bersyukur pada jerih payah saudara yang menasihati dan memerangi diri untuk tidak membencinya atau mendengkinya akibat dari nasihat yang benar tadi.

Ibnul Jauziy رحمه الله berkata:

“Ini adalah dikarenakan setiap orang yang tinggi martabatnya dalam kesadaran bertambahlah tuduhannya terhadap dirinya sendiri. Hanya saja jarang sekali di zaman ini adanya sahabat karib yang punya sifat seperti ini –rajin memberikan nasihat dengan ikhlas dan jujur-, karena jarang di kalangan sahabat karib yang meninggalkan basa-basi dan mau mengabarinya akan aib-aib dirinya atau meninggalkan kedengkian. Maka tidak melebihi kadar wajib. Dulu para Salaf mencintai orang yang mau mengingatkan mereka akan aib-aib mereka.

Sementara kita sekarang pada umumnya: orang yang paling kita benci adalah orang yang memperkenalkan pada kita akan aib-aib kita. Ini adalah dalil akan lemahnya iman, karena sesungguhnya akhlak yang buruk itu bagaikan kalajengking. Andaikata ada orang mengingatkan kita bahwasanya di bawah baju salah seorang dari kita ada kalajengking, niscaya kita akan merasa utang jasa padanya dan kita menyibukkan diri untuk membunuh kalajengking tadi. Akhlak yang buruk itu lebih berbahaya daripada kalajengking sebagaimana kita semua telah mengetahuinya.”
[“Mukhtashor Minhajis Sunnah”/3/hal.14-15]

�� Dinukil dari "NASEHAT BAGI IKHWAH TSABITIN AGAR MENJAGA UKHUWAH DIANTARA SALAFIYIN" oleh akhukum fillaah Abu Fairuz 'Abdurrohman Al Qudsy hafidzhahulloh.

��Semoga bermanfaat dan berbarokah…

Manqul dari group sebelah dgn sedikit perubahan redaksi.
������

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...