07 December 2015

Memilih Istri Sholehah demi Terwujudnya Keturunan yang Sholeh

��������������
Memilih Istri Sholehah demi Terwujudnya Keturunan yang Sholeh
--------------------------------------
��Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam telah membimbingkan bahwa ketika seseorang hendak memilih istri untuk mengutamakan wanita yang agamanya bagus. Hal ini sebagaimana sabda beliau:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاك

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Maka dapatkanlah wanita yang agamanya bagus sehingga engkau beruntung. [HR Bukhory Muslim dari Abu Huroiroh]

Sebab, wanita sholehah selain menjadi penyejuk suami juga sebagai pendidik dan pembimbing utama anak-anak. Dengan ibunyalah seorang anak banyak berinteraksi dan mengambil pengajaran sebelum dari yang lain. Sehingga baik dan buruknya agama serta tabiat seorang ibu sangat berpengaruh kepada anak-anak.

��Inilah Amiirul mukminin ‘Umar bin abdul ‘Aziiz, seorang kholifah yang tidak ada seorangpun menyelisihi tentang keadilan dan kesholehan serta kezuhudannya. Siapakah yang ada di belakang beliau dan menjadi pembimbing utamanya? Dialah ibunya, Ummu ‘Ashim bintu ‘Ashim bin ‘Umar bin Khottob, wanita yang dikenal kemuliaan dan kebagusan agamanya pada zaman tersebut.

��Inilah imam Sufyan Ats-Tsauriy, seorang yang dikenal ketaqwaan dan ketinggian ilmunya, amiirul mukminin dalam ilmu hadits. Semua ini, -setelah izin Alloh- tidak lain adalah buah dari  usaha seorang ibu sholehah yang berjiwa besar.

Imam Waki’ ibnul Jarroh berkata: “Ibu Sufyan mengatakan kepada Sufyan:

يا بني: اطلب العلم وأنا أكفيك بمغزلي

“Wahai anakku, tuntutlah ilmu, dan aku akan mencukupi (kebutuhanmu) dengan alat pemintalku ini!” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad  dalam kitab “Al-Waro’: 670]

 

Diantara nasehat ibu yang mulia ini kepada sang putra adalah:

 يا بني إن كتبت عشرة أحرفٍ فانظر هل ترى في نفسك زيادة في خشيتك وحلمك ووقارك، فإن لم تر ذلك فاعلم أنها تضرك ولا تنفعك

“Wahai anakku, apabila engkau telah menulis sepuluh huruf, maka lihatlah apakah engkau melihat pada dirimu ada tambahan rasa takut kepada Alloh, dan tambahan kebijaksanaan serta kewibawaan?! Apabila engkau tidak melihat yang demikian ini, maka ketahuilah bahwa (huruf-huruf yang kamu tulis itu) akan bermadhorot padamu, dan tidak bermanfaat untukmu.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab “Al-Waro’: 670]

��Dan inilah imam Asy-Syafi’I, yang dikenal dengan kemuliaan dan keluasan fiqih beliau. Siapakah dibalik sosok yang demikian masyhur? Tidak lain adalah seorang ibu yang mulia dan berjiwa besar. Wanita pilihan dari bani  Azd, yang tegar dan penyabar dalam merawat dan mendidik sang putra seorang diri, setelah ditinggal mati oleh suami tercinta.

��Inilah Muhammad bin Abdurrohman Al-Auqosh, seorang yang Alloh berikan berbagai macam kekurangan dari sisi fisiknya.

Abu Ishaq berkata: “Muhammad bin Abdurrohman Al-Auqosh adalah seorang yang lehernya masuk ke tubuh, kedua pundaknya menonjol keluar. Maka ibunya berkata kepadanya: “Wahai anakku, tidaklah kamu berada di tengah-tengah suatu kaum kecuali engkau akan menjadi bahan tertawaan dan ejekan. Oleh karena itu, tuntutlah ilmu, karena ilmu akan mengangkatmu!”

Diapun menuntut ilmu dan akhirnya menjadi qodhi (hakim) di Makkah selama dua puluh tahun. [Al-Faqih wal Mutafaqih: 1/ 134]

Muhammad bin Qosim bin Khollad berkata: “Al-Auqosh adalah seorang yang pendek dan buruk fisiknya. Maka suatu kali ibunya –dia adalah seorang wanita yang cerdas- berkata kepadanya:

 “Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah diciptakan dengan fisik yang tidak pantas untuk bergaul dengan para pemuda, maka hendaknya kamu (mempelajari) agama ini. Sebab hal tersebut akan menyempurnakan kekurangan dan mengangkat kehinaan.”

Al-Auqosh berkata: “Alloh telah berikan kemanfaatan untukku pada perkataan beliau itu, maka akupun menuntut ilmu dan adab sampai aku diangkat menjadi hakim.” [Al-Faqih wal Mutafaqih: 1/ 134]

Mereka inilah wanita-wanita teladan yang dari mereka keluar generasi-generasi pilihan ummat. Sungguh, tugas para ibu dan peranan mereka dalam kebaikan keturunan sangatlah besar. Maka jangan sampai engkau keliru dalam menentukan siapa yang yang akan menjadi ibu bagi anak keturunanmu….

��Al-‘allamah Al-Fauzan s mengatakan: “Sesungguhnya syarat utama yang dituntut dari seorang wanita sehingga bisa menunaikan tugas ini adalah hendaknya wanita tersebut wanita yang sholehah, sebagaimana Nabi telah membimbingkan hal ini dengan perkataannya:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاك

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Maka dapatkanlah wanita yang agamanya bagus sehingga engkau beruntung. [HR Bukhory Muslim dari Abu Huroiroh]

Nabi telah menjelaskan kriteria-kriteria yang dijadikan acuan oleh manusia untuk menentukan pendamping hidupnya. Kemudian beliau memerintahkan untuk mendahulukan kriteria agama. Sungguh, sebagian manusia menjadikan tolok ukurnya adalah kecantikan dan menusiapun bermacam-macam dalam menggambarkannya. Sebagian yang lain menjadikan harta sebagai tolok ukur baik itu telah ada maupun masih dalam usaha. Sebagian lagi, menjadikan kedudukan dan nasab sebagai tolok ukur….akan tetapi tolok ukur syareat adalah agamanya.

Seorang wanita sholehah, dialah yang dipercaya untuk mengemban tugas penting ini. Sesungguhnya seseorang yang memilih wanita sholehah telah menunaikan untuk dirinya suatu usaha yang besar.

Apabila telah didapatkan seorang wanita sholehah, maka hendaknya dia memiliki kadar ilmu yang menjadikannya mampu untuk menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dia mengetahui perkara-perkara yang wajib atasnya, paham dengan tujuan hidupnya. Dengan ini kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan ilmu bukanlah ijazah dan keahlian, tapi yang dimaksud adalah ilmu tentang tugas-tugasnya yang wajib dia tunaikan dan ilmu tentang sarana-sarana yang membantunya untuk menunaikan tugas tersebut. Sehingga wajib atas wanita, setelah dia mempelajari agamanya, untuk mempelajari semua hal yang bisa membantunya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban rumah tangga….. Sesungguhnya bodohnya seorang wanita dan tidak sholehahnya dia merupakan sebab tersia-siakan (tugasnya), walaupun dia tidak bekerja. Karena dia akan menyia-nyiakan waktunya untuk bertamu (kesana-kemari) tanpa tujuan jelas, berbicara (apa saja tanpa memikirkan kebenarannya), dan mengikuti kesenangan pribadi. (Wanita) yang seperti ini tidaklah bisa diharapkan untuk menunaikan tugas penting, tidak pula bisa mengeluarkan generasi sholeh. Wallohu A’lam. [Daurul Mar’ah fi tarbiyatil usroh]
������������
�� Abu Zakaria Irham
Dicuplikkan dari buku "Metode Salaf dlm Mendidik Anak" semoga Alloh mudahkn penyempurnaanny.

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...