11 December 2015

HUKUM ISBAL PAKAIAN

���� Sarapan pagi dgn faedah seputar isbal
_____________________________

[21:19 19/01/2015] ‪+967 716 273 642‬: 

������HUKUM ISBAL PAKAIAN

�� (ringkasan catatan dars Syaikh Abdulbasith Ar Roidiy hafidhohulloh)

�� Isbal adalah memanjangkan atau menurunkan pakaian sampai menutup mata kaki.

�� Dari Abu Sa'id Al Khudri rodhiyallohu 'anhu, berkata: "Aku mendengar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
إزرة المؤمن إلى أنصاف الساقين لا جناح أو لا حرج عليه فيما بينه وبين الكعبين ما كان أسفل من ذلك فهو في النار لا ينظر الله إلى من جر إزاره بطرا
"Mukmin itu memakai sarung (dan selainnya) sampai setengah betis. Tidak apa-apa atau tdk berdosa jika panjangnya di antara setengah betis dan mata kaki. Apa yg lebih ke bawah dari itu, maka di neraka. Alloh tidak mau melihat kepada orang yg memanjangkan sarungnya (isbal) dengan kesombongan." [HR. Ahmad dll, hadits hasan; Shohihul Musnad]

��Faedah hadits:
�� Bahayanya isbal dan ia termasuk dosa besar, karena pelakunya diancam dgn neraka dan hukuman lainnya bahwa Alloh tdk mau melihatnya.
�� Batas disunnahkannya dalam panjang pakaian seorang mukmin, yaitu sampai setengah betis dan itu termasuk sifat atau ciri mukmin.
�� Keimanan seseorang itu membawanya kepada bersegera untuk melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya serta membawanya untuk bersikap tawadhu' dan tidak sombong.
�� Orang yg melakukan isbal berarti tidak mewujudkan keimanan secara sempurna dan menyerupai orang-orang kafir dan sombong.
�� Boleh memanjangkan pakaiannya sampai di atas mata kaki. Adapun yg lebih dari itu, maka terancam dengan adzab neraka. Juga Alloh tidak akan melihat kepadanya yg kelazimannya adalah bahwa perbuatannya tidak terampuni.

�� Masalah:
�� Empat keadaan seseorang yg berpakaian:
1-Disunnahkan mengangkat pakaiannya sampai setengah betis.
2-Boleh menurunkannya sampai antara setengah betis dan mata kaki (di atas mata kaki).
3-Harom hukumnya jika melebihi mata kaki (di bawah mata kaki).
4-Memanjangkan tepat pada mata kaki (tengah-tengah), kadang naik dan kadang turun ketika bergerak, maka ini seperti menggembala di sekitar daerah larangan, yaitu perkara syubhat yg hendaknya dihindari, karena akan menjerumuskannya untuk terjatuh kepada larangan. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
فمن اتقى الشبهات، استبرأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات، وقع في الحرام، كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه، ألا وإن لكل ملك حمى، ألا وإن حمى الله محارمه
"Siapa yg menghindari syubhat, maka bersihlah agama dan kehormatannya. Siapa yg terjatuh dalam syubhat, akan terjerumus dalam keharoman, seperti penggembala yg mengembala di sekitar tanah larangan yg dilindungi, maka akan mudah masuk di dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja itu punya tanah larangan. Ketahuilah, bahwa tanah larangan Alloh adalah perkara-perkara yg diharamkannya." [muttafaqun 'alaih dari Nu'man bin Basyir rodhiyallohu 'anhu]

�� Hukum isbal berlaku juga untuk kemeja (gamis) dan 'imamah (ekor ikat kepala). Hadits Ibnu Amr rodhiyallohu 'anhu, riwayat Abu Dawud dll:
الإسبال في الإزار و القميص و العمامة
"Isbal berlaku pada sarung atau celana, kemeja atau gamis dan 'imamah… " [dishohihkan Al Albani dlm Shohihul Jami': 4536]

�� Isbal pada gamis ada dua macam:
1-Memanjangkan kain bawahnya sampai menutup mata kaki.
2-Melebarkan ukuran lengan dan memanjangkan kain lengan sampai menutup telapak tangan (seperti ulama Syi'ah). [Nailul Author]

�� Isbal pada 'imamah dengan memanjangkan ekornya sampai bawah pinggang (pantat), sebagaimana kebiasaan Arab dulu. [Fathul Bari]

�� Semata-mata perbuatan isbal termasuk dalam kesombongan, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Sulaim rodhiyallohu 'anhu, bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
وإياك وإسبال الإزار فإنها من المخيلة وإن الله لا يحب المخيلة
"Hati-hati dari isbal pakaian. Sungguh hal itu termasuk kesombongan. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai kesombongan." [HR. Abu Dawud, Shohihul Musnad]

�� Hukum isbal di atas adalah untuk pakaian laki-laki. Sedangkan pakaian perempuan, maka ditambahkan panjangnya sampai sehasta untuk menutupi kaki mereka ketika berjalan dan panjangnya tidak lebih dari itu. Dalam hadits Abu Sa'id Al Khudri rodhiyallohu 'anhu:
فقالت أم سلمة: فكيف تصنع النساء بذيولهن، قال: (يرخين شبرا) قالت: إذن تنكشف أقدامهن، قال: (فيرخينه ذراعا لا يزدن)
"Ummu Salamah bertanya, "Bagaimana dengan ujung bawah pakaian wanita?" Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab, "Dipanjangkan sejengkal." Dia berkata, "Kalau begitu, akan tersingkap telapak kakinya?" Beliau berkata, "Dipanjangkan sehasta dan tidak lebih." [HR. Abu Dawud, Tirmidzi; Ash Shohihah: 460]
������������
Faedah dari Akhuna Abu Shalih Muslih madiun.

[14:16 21/01/2015] Abu Nufaylah Irfan Assitabatiy:
karna yang kami fahami selama ini hanyalah isbal itu jika menjulurkan pakaian(sarung, sirwal, jubah, imamah) melebihi mata kaki...

afwan, ana bisa minta nukilan perkataan ulama salaf yang menguatkan pendapat bahwa isbalnya imamah melebihi pinggang??

[20:58 21/01/2015] Arif Hasan Abu Ayyub Ngawi:
Melanjutkan pembahasan imamah, jawaban abu shalih muslih madiun:
Al Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: "Perlu ditinjau kembali tentang maksud memanjangkan 'imamah, kecuali jika maksudnya adalah apa yg sudah menjadi kebiasaan (adat) Arab dengan memanjangkan ekor kainnya (ke belakang). Maka selama panjangnya melebihi kebiasaan tersebut, maka ia termasuk isbal. An Nasa'i meriwayatkan dari hadits Ja'far bin 'Amr bin umayyah dari ayahnya, bahwasanya beliau berkata: "Seakan-akan sekarang aku melihat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar dgn memakai 'imamah yg beliau gantungkan ujung ekornya di antara kedua belikatnya." [Fathul Bari: 10/262]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: "Menjulurkan ekor imamah di antara dua belikat telah dikenal dalam sunnah dan memanjangkannya terlalu banyak termasuk isbal yg terlarang." (Mustadrok 'ala Majmu' Fatawa: 3/67)

Syaikh Yahya pernah mengatakan kalau panjangnya sekitar sejengkal atau dua jengkal saja ke belakang.
Wallohu a'lam.

Beliau melanjutkan:
As Sindiy rohimahulloh berkata: "Isbal pada imamah dengan menjulurkan ekornya melebihi kebiasaan baik jumlah maupun panjangnya. Batas akhirnya sampai tengah-tengah punggung dan melebihkannya dari itu termasuk bid'ah. Demikianlah yg mereka (ulama) sebutkan. Wallohu ta'ala a'lam." [Hasyiyah As Sindiy 'ala Sunan An Nasa'i, no. 5334]
_____________________________

�� faedah ini ana ambil dari "salafiyun".

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...