���� Hukum ulang tahun hari kelahiran
➖➖➖➖➖➖➖
✔ Berkata “Lajnah Daimah”:
“Adapun apa yang di lakukan oleh sebagian orang dari mempersiapkan masakan makanan pada hari kelahiran anaknya yang mereka namakan dengan hari ulang tahun, disertai dengan berulangnya hal tersebut sesuai dengan keinginan dari bapak anak tersebut atau keinginan dari selainnya atau keinginan anak tersebut sendiri apabila sudah besar,
⛔ maka yang seperti ini tidaklah di syari’atkan, bahkan hal ini termasuk dari bid’ah.
Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ «.
“Barang siapa melakukan amalan yang bukan dari perintah kami, maka (amalan tersebut) tertolak.” [HR. Muslim (no.1718) dari ‘Aisyah rodhiyaAlloha]
«مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ«
“Barang siapa yang melakukan hal baru dalam perkara kami yang tidaklah dari hal tersebut maka hal tersebut tertolak.”
�� [lihat “Fatawa Lajnah Daimah” (11/436) fatwa (no.181)]
▪▫▪▫▪
✔ Asy-Syaikh Muhammad Sholih Al-‘Utsaimin rohimahulloh berkata:
�� “Faidah: segala sesuatu yang di jadikan hari perayaan dengan terulang setiap pekannya, atau setiap tahun yang hal tersebut tidaklah di syari’atkan, maka hal tersebut adalah bagian dari bid’ah.
➖ Dan dalil tentang hal tersebut adalah pembuat syari’at menjadikan bagi yang melahirkan anak ‘Aqiqoh, dan tidak menjadikan setelahnya sesuatu.
⛔ Dan perbuatan mereka yang menjadikan perayaan ini terulang setiap pekan atau setiap tahunnya mempunyai makna menyerupakan hal tersebut dengan perayaan ‘Ied Islamiyah, dan hal seperti ini haram serta tidak boleh.
⛔ Tidak ada dalam Islam perayaan ‘Ied kecuali tiga perayaan ‘Ied yang di syari’atkan: ‘Iedul Fithr, ‘Iedul Adha dan ‘Ied sepekan yaitu hari Jum’at.
�� [lihat “Al-Qoulul Mufid ‘Ala Kitabut Tauhid” oleh Ibnu Utsaimin rohimahulloh]
0 Comments
