12 November 2015

Al Imam Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata tentang mahrom bagi seorang wanita:

�� RINCIAN MAHROM WANITA

ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻦ ﻋﺜﻴﻤﻴﻦ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻓﺎﻟﻤﺤﺎﺭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺳﺒﻌﺔ:
-1 ﺍﻷﺻﻮﻝ؛ ﻭﻫﻢ ﺍﻵﺑﺎﺀ ﻭﺍﻷﺟﺪﺍﺩ ﻭﺇﻥ ﻋﻠﻮﺍ ، ﺳﻮﺍﺀ ﻣﻦ ﻗِﺒَﻞِ ﺍﻷﺏ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻗِﺒَﻞِ ﺍﻷﻡ .
-2 ﺍﻟﻔﺮﻭﻉ؛ ﻭﻫﻢ ﺍﻷﺑﻨﺎﺀ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻷﺑﻨﺎﺀ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻮﺍ .
-3 ﺍﻹﺧﻮﺓ؛ ﺳﻮﺍﺀٌ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺇﺧﻮﺓً ﺃﺷﻘﺎﺀ ﺃﻡ ﻷﺏ ﺃﻡ ﻷﻡ .
-4 ﺍﻷﻋﻤﺎﻡ؛ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻋﻤﺎﻣﺎً ﺃﺷﻘﺎﺀ ﺃﻡ ﻷﺏ ﺃﻭ ﻷﻡ ، ﻭﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ
ﺃﻋﻤﺎﻣﺎ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﺃﻭ ﻷﺣﺪ ﻣﻦ ﺁﺑﺎﺋﻬﺎ ﺃﻭ ﺃﻣﻬﺎﺗﻬﺎ ، ﻓﺈﻥ ﻋﻢ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻢ ﻟﻪ ﻭﻟﺬﺭﻳﺘﻪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻧﺰﻟﻮﺍ .
-5 ﺍﻷﺧﻮﺍﻝ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﺧﻮﺍﻻ ﺃﺷﻘﺎﺀ ﺃﻡ ﻷﺏ ﺃﻡ ﻷﻡ ، ﻭﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﺧﻮﺍﻻ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﺃﻭ ﻷﺣﺪ ﻣﻦ ﺁﺑﺎﺋﻬﺎ ﺃﻭ ﺃﻣﻬﺎﺗﻬﺎ ، ﻓﺈﻥ ﺧﺎﻝ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺧﺎﻝ ﻟﻪ ﻭﻟﺬﺭﻳﺘﻪ ﻣﻬﻤﺎ ﻧﺰﻟﻮﺍ .
-6 ﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻹﺧﻮﺓ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺃﺑﻨﺎﺋﻬﻢ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺑﻨﺎﺗﻬﻢ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻮﺍ ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﺷﻘﺎﺀ ﺃﻡ ﻷﺏ ﺃﻡ ﻷﻡ .
-7 ﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻷﺧﻮﺍﺕ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺃﺑﻨﺎﺋﻬﻦ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺑﻨﺎﺗﻬﻦ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻮﺍ ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﻦ ﺷﻘﻴﻘﺎﺕ ﺃﻡ ﻷﺏ ﺃﻡ ﻷﻡ .
ﻭﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺿﺎﻉ ﻧﻈﻴﺮ ﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺴﺐ ، ﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :- ‏« ﻳﺤﺮﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺿﺎﻉ ﻣﻦ ﻳﺤﺮﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺴﺐ ‏» . ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ .
* ﻭﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻡ ﺑﺎﻟﻤﺼﺎﻫﺮﺓ ﺃﺭﺑﻌﺔ :
-1 ﺃﺑﻨﺎﺀ ﺯﻭﺝ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺃﺑﻨﺎﺋﻪ ﻭﺃﺑﻨﺎﺀ ﺑﻨﺎﺗﻪ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻮﺍ .
-2 ﺁﺑﺎﺀ ﺯﻭﺝ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺃﺟﺪﺍﺩﻩ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﺏ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﻡ ﻭﺇﻥ ﻋﻠﻮﺍ .
-3 ﺃﺯﻭﺍﺝ ﺑﻨﺎﺕ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺃﺯﻭﺍﺝ ﺑﻨﺎﺕ ﺃﺑﻨﺎﺋﻬﺎ ﻭﺃﺯﻭﺍﺝ ﺑﻨﺎﺕ ﺑﻨﺎﺗﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻦ .
ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻷﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﺗﺜﺒﺖ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﻴﺔ ﻓﻴﻬﻢ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ، ﻭﺇﻥ ﻓﺎﺭﻗﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺨﻠﻮﺓ ﻭﺍﻟﺪﺧﻮﻝ .
-4 ﺃﺯﻭﺍﺝ ﺃﻣﻬﺎﺕ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺃﺯﻭﺍﺝ ﺟﺪﺍﺗﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻋﻠﻮﺍ ، ﺳﻮﺍﺀ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﺏ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﻡ ، ﻟﻜﻦ ﻻ ﺗﺜﺒﺖ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺔ ﻓﻲ ﻫﺆﻻﺀ ﺇﻻ ﺑﺎﻟﻮﻁﺀ ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻓﻲ ﻧﻜﺎﺡ ﺻﺤﻴﺢ ، ﻓﻠﻮ ﺗﺰﻭﺝ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺛﻢ ﻓﺎﺭﻗﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺤﺮﻣﺎ ﻟﺒﻨﺎﺗﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻧﺰﻟﻦ .

‏( ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻣﻦ " ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻭﺭﺳﺎﺋﻞ ﺍﻟﻌﺜﻴﻤﻴﻦ " /24 / ﺹ 260-258 ‏) .

Al Imam Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata tentang mahrom bagi seorang wanita:
“Para mahrom dari kerabat itu ada tujuh:

Pertama:
pokok, yaitu ayah, kakek dan terus ke atas, sama saja itu dari sisi ayah ataupun dari sisi ibu.

Kedua:
cabang, yaitu anak lelaki, anak lelaki dari sisi anak lelaki, dan anak lelaki dari anak wanita, dan terus ke bawah.

Ketiga:
saudara lelaki, sama saja mereka itu saudara kandung ataukah saudara seayah ataukah saudara seibu.

Keempat:
paman dari sisi ayah, sama saja dia itu saudara kandung si ayah ataukah saudara seayah dari ayah, ataukah saudara seibu dari ayah. Dan sama saja apakah mereka itu paman si wanita itu, ataukah mereka itu paman si ayah, ataukah mereka itu paman si ibu, karena paman seseorang adalah paman orang itu dan paman untuk keturunannya sampai terus ke bawah.

Kelima:
paman dari sisi ibu. Sama saja mereka itu saudara kandung si ibu, ataukah saudara seayah dari si ibu, ataukah saudara seibu dari si ibu. Dan sama saja, mereka itu paman si wanita tadi ataukah mereka itu paman ayah dia ataukah paman ibu dia, karena sesungguhnya paman seseorang adalah paman bagi orang itu dan bagi keturunannya sampai terus ke bawah.

Keenam:
anak-anak lelaki dari para saudara. Dan juga anak lelaki dari anak lelaki mereka. Dan juga anak lelaki dari anak perempuan mereka hingga terus ke bawah. Sama saja saudara wanita tadi itu sekandung ataukah seayah, ataukah seibu.

Ketujuh:
anak-anak lelaki dari para saudari. Dan juga anak lelaki dari anak lelaki mereka. Dan juga anak lelaki dari anak perempuan mereka hingga terus ke bawah. Sama saja saudari wanita tadi itu sekandung ataukah seayah, ataukah seibu.

Dan para mahrom dari sisi susuan adalah seperti para mahrom dari sisi nasab, berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
‏« ﻳﺤﺮﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺿﺎﻉ ﻣﻦ ﻳﺤﺮﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺴﺐ ‏» . ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ .
“Diharomkan dengan sebab susuan orang yang diharomkan dengan sebab nasab.” (Muttafaqun ‘alaih).

Dan para mahrom dengan sebab perbesanan itu ada empat:

Pertama:
anak-anak lelaki dari suami wanita itu, dan anak lelaki dari anak lelaki suami, dan anak lelaki dari anak perempuan suami dan terus ke bawah.

Kedua:
ayah suami wanita tadi, kakek suami dari sisi ayah, atau kakek suami dari sisi Ibu, dan terus ke atas.

Ketiga:
suami dari anak perempuan wanita tadi, suami dari anak perempuan dari anak lelaki dia, dan suami dari anak perempuan dari anak perempuan dia dan terus ke bawah.
Tiga jenis ini, kemahromannya telah tetap pada mereka dengan semata-mata akad pernikahan yang shohih, sekalipun pria itu menceraikannya sebelum menyendiri dan menggauli wanita tadi.

Yang keempat:
suami dari ibu wanita tadi, suami dari nenek wanita tadi dan terus ke atas. Sama saja: itu dari sisi ayah ataukah dari sisi ibu. Akan tetapi kemahroman tersebut tidak tetap kecuali jika suami tadi telah menggauli sang istri dalam pernikahan yang shohih. Jika pria tersebut menikahi seorang wanita, lalu dia menceraikannya sebelum dia menggaulinya, maka tidak ada kemahroman untuk anak perempuan mantan istri tersebut, dan demikianlah terus ke bawah.”

(selesai dari “Majmu’ Fatawa Wa Rosail Ibni Utsaimin”/24/hal. 258-260).

�� faedah ini ana ambil dari ustadz Abu Fayruz 'Abdurrohman kudus hafidzohulloh.
http://www.maktabahfairuzaddailamiy.blogspot.com/

Comments
0 Comments

0 comments

Post a Comment

Dengan berkomentar maka Anda telah membantu Saya mengingat kembali postingan yang saya publikasikan. Terima Kasih...